Jumat, 02 Agustus 2013

Spirit dan Makna Hidup // SAHABAT SEJATI ATAU PALSU?



SAHABAT SEJATI ATAU PALSU?
Dr. Zaprulkhan, M.S.I  Inspiring Learner

Satu waktu, ketika penguasa besar Prancis Napoleon Bonaparte berada di puncak kekuasaannya, ia pernah menyampaikan orasi dengan berapi-api di hadapan rakyatnya. Seluruh rakyat yang hadir saat itu terkesima dan takjub dengan kehebatan propaganda Napoleon sehingga nyaris semua yang hadir menyanjung, memuja, dan mengelu-elukan sang penguasa tersebut dengan sangat histeris.
Si penasihat yang berdiri di samping Napoleon berkata: “Lihatlah Paduka Yang Mulia, seluruh rakyat merasa sangat kagum dan begitu mengagungkan kebesaran diri Anda sebagai penguasa mereka. Mereka amat membanggakan kebesaran Paduka sebagai satu-satunya penguasa besar mereka.”
Namun Napoleon menjawab dengan tenang, “Di tampuk kekuasaanku ini, aku memang selalu di puja-puja. Namun kelak saat kemenangan ini terlepas dari genggaman tanganku, saat kerapuhan mulai menyapaku, dan tatkala penguasa baru menggulingkan tahta kebesaranku, mereka semua akan mencibir, mencaci maki, dan memuntahkan sumpah serapah sebagaimana yang telah terjadi pada para penguasa sebelumku.”
Kisah Napoleon Bonaparte ini setidaknya bisa kita tarik dalam konteks persahabatan. Jika dilontarkan pertanyaan: sulitkah mencari seorang teman? Jawabnya tidak sulit. Kalau kebetulan Anda orang yang kaya raya atau orang besar yang berstatus sosial tinggi, mudah untuk mendapatkan bukan hanya seorang teman tapi seribu kawan. Dengan kemewahan yang Anda miliki dan kedudukan yang Anda sandang, sangat gampang memperoleh sejuta kawan.
Tidak berlebihan bila sosiolog Prancis, Pierre Bourdieu menyatakan bahwa kapital (modal) ekonomi yang dimiliki seseorang merupakan kapital yang paling mudah dikonversikan ke kapital lain, seperti kekuasaan, budaya, politik, dan sosial. Artinya kalau Anda mempunyai uang dan kemewahan dunia, maka dengan semua itu Anda bisa menguasai orang lain (kapital kekuasaan), bisa memerintah orang pandai untuk menyelesaikan masalah keilmuan Anda (kapital budaya), dapat menangani kebijakan-kebijakan politis (kapital politik), dan Anda juga dapat menciptakan hubungan sosial yang hangat, indah, dan mesra dengan kebanyakan orang (kapital sosial). Inilah yang disebut positional friend, sahabat posisional. Sayangnya, sahabat posisi terkadang menjelma false friend, sahabat palsu yang akan menelikung Anda dipersimpangan jalan.
Namun, kembali pada pertanyaan di atas, bila pertanyaannya ditambah sedikit saja akan lain persoalannya: sulitkah mencari seorang teman sejati? Jawabannya sulit. Lazimnya, kekayaan duniawi hanya menjalin persahabatan semu. Kesenangan memang cukup mudah mengundang orang lain sebagaimana gula menarik perhatian instingtual alami seekor semut. Dalam glamour kemegahan materi, seribu musuh pun dapat Anda taklukkan menjadi para sahabat.
Alasannya, tidaklah sulit mengajak siapapun orangnya untuk bersenda gurau di tengah-tengah pesta. Tapi cobalah Anda undang orang-orang itu untuk berbagi sedikit saja prahara kehidupan yang Anda rasakan. Besar kemungkinan, sedikit sekali orang yang mau benar-benar berbagi duka bersama Anda. Karena sungguh langka mencari orang-orang yang sudi menitikkan air mata nestapa. Di singgasana istana memang sungguh indah bila setiap orang ingin mendekati Anda, namun di pintu penjara nyaris tak seorang pun yang hendak memandang Anda.
Dalam konteks inilah, pujangga besar sufi Sa’di Syirazi mengingatkan kita, “Sahabat sejati bisa kita temukan dalam penjara, sebab saat berada di meja makan, semua musuh akan menjelma menjadi seorang kawan”. Kiranya bukan uang, kemewahan duniawi, atau pun status sosial Anda yang membawa orang lain menjadi sahabat sejati (true friend) Anda, melainkan kepedulian, kebajikan, dan pertolongan yang Anda berikan dengan disertai keikhlasan hati. Di sini, seandainya Anda memiliki banyak kawan, Anda harus kritis, apakah mereka sahabat sejati atau disebabkan materi semata: uang, kemewahan, dan kedudukan Anda. Kiranya cukup jelas, jangan berikan materi tapi tawarkanlah hati, bukan kemewahan tapi kebajikan, dan bukan kebanggaan tetapi kearifan hidup. Sungguh tepat: “A friend in need is a friend indeed; Seorang sahabat di waktu kesusahan adalah benar-benar sahabat sejati”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar